AWKWARD..

, , No Comments
Pernah dengerin atau nonton videonya Walk Off The Earth nggak? Kayak pernah denger ya? Iya! Band indie asal Ontario yang beranggotakan 5 orang tak biasa ini sukses memikat hati Rhoma Irama ratusan juta orang di seluruh dunia berkat video cover Gotye - Somebody That I Used To Know yang mereka bawakan secara bombastis tanpa petis awal tahun 2012 lalu. Si suara sekseh Gianni Luminati (ngerasa ada yang aneh gak sama namanya?) langsung membuat aku lemah letih lesu lunglai kutu air kadas kurap panas dalam bibir pecah-pecah tak berdaya ketika aku tahu dia bisa memainkan lebih dari 10 alat musik baik moderen maupun tradisional! Nggak percaya? coba cek deh!

Setelah menikmati video cover Payphone yang sebagian besar bagiannya dinyanyikan oleh si Gianni Luminati, aku jadi inget bapak. Mereka berdua beraliran darah yang sama, tapi bukan berarti si Gianni ini anak bapakku -kakak kandungku -yang telah diculik oleh orang tak dikenal puluhan tahun lalu. Mereka sama-sama berdarah seniman. Sama-sama genius dalam hal apapun yang berbau seni, hanya kebangsaan, tubuh, wajah, serta nasiblah yang membedakan mereka. Kalian sedih nggak? :(

Oke fyi, bapak lihai memainkan beberapa alat musik seperti gitar, bass, piano, keyboard, seruling, harmonika, kendang, kolintang, gamelan dan banyak lainnya. Nggak sampai disitu aja, bapak juga ahli dalam menciptakan lagu beserta liriknya, melukis, dekorasi, dan seni pahat. Itu semua bapak pelajari secara otodidak. Standing ovation-nya dong buat bapakku!

Bapak itu orangnya cerdas, keras kepala, semaunya sendiri, egois, nggak sabaran, pokoknya nggak mau diatur. Seniman banget kan?. Setiap bapak pengen suatu hal, gimanapun caranya, hal itu HARUS terwujud! Nggak heran banyak orang nyerah dan melambaikan tangan pada benda apapun di dekat mereka kalau bapak udah mulai menunjukkan sifatnya itu.

Percaya atau nggak, aku jarang banget ngobrol sama bapak. Kalaupun ngobrol, itupun hanya menyangkut kunci motor + STNK, siapa yang jemput adik, dan tanya ibu pergi kemana kalau aku atau bapak mendapati ibu nggak di rumah. Iya, itu semua nggak bisa dinamakan ngobrol, nggak tau harus disebut apa karena terlalu singkatnya pembicaraan antara aku dan bapak, bahkan mungkin nggak sampe 140 karakter. Kalau kamu bisa menerima dengan tulus ikhlas fakta di atas, berarti kamu juga bisa menerima dengan lapang dada tanpa merasakan perih yang mencuat semburat dihatimu secara signifikan ketika kamu membaca fakta berikut ini, aku pernah nggak ngomong sama sekali dengan bapak selama hampir 3 bulan

Kata ibu, aku punya sifat yang hampir sama dengan bapak, jadi sudah sangat wajar kalau aku dan bapak selalu "otot-ototan" bahkan bertengkar dalam menyikapi suatu hal. Pernah pada suatu waktu, bapak ngotot minta beli keyboard untuk menundukung bisnis yang digelutinya saat itu. Ibu setuju, dengan syarat bapak harus mengajari aku bermain keyboard karena itu akan sangat berguna bagi masa depanku. Minggu pertama setelah dibelinya keyboard unyu itu, aku sudah nggak mau lagi belajar keyboard karena bapak yang sangat tidak sabaran, nggak telaten kata ibu. Sedangkan aku, sampai kapanpun nggak akan pernah bisa belajar dengan cara dibentak atau dimarahi. Tiap aku salah pencet, bapak selalu berbicara dengan nada tinggi "Kamu itu salah!", "Kamu itu gitu aja kok nggak hafal-hafal!", "Setelah pencet itu langsung pencet yang ini! (sambil menarik tanganku dengan kasar)", mangkel nggak? Itu alasan kenapa aku sama sekali tidak menguasai satupun alat musik dengan baik dan benar (kenapa nggak belajar sendiri? karena aku bukan anak yang memiliki jiwa otodidak). Itu juga hal yang mendasari kenapa aku dan bapak jarang berkomunikasi.

Seperti kucing dan anjing, kata ibu. "Kalian itu aneh! Kalau bertemu selalu bertengkar, tapi kalau salah satu belum ada di rumah pasti dicari" adalah kalimat yang sudah sering aku dengar dari mulut ibu seusai aku dan bapak bertengkar. Pernah suatu ketika, aku pulang pukul 11 malam karena ada kegiatan himpunan di kampus. Aku melihat dari kejauhan bapak duduk berjongkok sambil mendengarkan lagu dari handphonenya di depan pagar. Seusai aku memarkir motor, bapak tiba-tiba berkata dengan nada yang *bagiku* kasar dan meninggi, "Kamu itu ngapain aja sampe malem jam segini! Ibumu itu lo bantuen!". Dengan keadaan sungguh letih dan mengantuk, seketika itu juga dadaku terasa panas membuncah, meledak! sangat meledak!. Aku menjawab pertanyaan bapak dengan bentakan dan segera nyelonong pergi.

Jangan tanyakan akhirnya seperti apa, karena aku tahu sifat bapak seperti apa. Jangan pernah tanyakan kapan aku sanggup berkata "Aku sayang bapak", karena demi Allah aku tidak akan sanggup, sungguh aku tidak sanggup membuat diriku benar-benar menangis hingga benar-benar runtuh. Jangan pernah membayangkan aku dan bapak sekarang sedang berdiskusi tentang lirik-lirik lagu puitis yang diciptakan Ariel, karena hingga detik ini, aku dan bapak tetap berdiri tegak di dua puncak terjal kengengsian yang saling berhadapan..dengan menggenggap erat tameng ego kami masing-masing.

bapak
ps : judul awkward aku sematkan pada postingan kali ini, karena ini adalah kali pertama aku menulis tentang bapak

0 comments:

Post a Comment